Kamis, 28 Juli 2011

Ekspedisi Ceria Papandayan 4-6 Maret 2011

Ekspedisi ini bermula dari lontaran ide saya (Rudy Priyanto aka AbuMusyaffa) untuk melakukan pendakian ke Papandayan ke beberapa rekan kantor. Gayung bersambut, spektrum ajakan pun diperluas ke komunitas milist perumahan (vilanusaindah@yahoogroups.com) dimana saya bergiat, dan beberapa milist berbasis “Outdoor Travelling”. Singkat cerita, 20 orang mengkonfirmasi minat kesertaan dalam perjalanan ini. Dari ragam latar belakang dan sebagian besar tidak saling mengenal sebelumnya, rencana perjalanan pun difiksasi untuk dihelat dalam rentang 4-6 Maret 2011, dengan disepakati berformat “One Day Tracking” alias direncanakan untuk melahap trek parkiran papandayan – kawah – tegal alun – puncak – parkiran papandayan semenjak pagi hingga (diharapkan) sudah menjejak pelataran bawah lagi sebelum maghrib, tanpa membuka tenda ditengah perjalanan, mengingat lagi hampir setengah dari peserta rombongan adalah baru pertama kali menjajal mendaki gunung.

Perjalanan di mulai dari Meeting Point Halte Busway Lebak Bulus 4 Maret 2011. Dari ketetapan kumpul Pkl 19.30 WIB, ke-20 peserta baru baru benar2 kumplit pada pukul 21.00 WIB dengan hampir terkendala hal yg sama.. Macet !. Pkl 21.15 seluruh peserta rombongan sudah duduk manis di Bis Primajasa jadwal pemberangkatan terakhir menuju Garut. Setelah menunggu penuhnya bis, pkl 22.00 WIB bis bertolak dari terminal lebak bulus menuju Garut dengan ongkos Rp.35.000/orang harus disiapkan masing2 penumpang.

Jam menunjukkan pkl 03.00 WIB dinihari ketika bis yg kami tumpangi memasuki pelataran Terminal Guntur Garut. Sejenak melepas penat duduk dalam bis, beberapa ke kamar kecil, dan sebagian lagi menyasar tukang bubur ayam & warung indomie rebus yg tetap buka.

Dari Terminal Guntur perjalanan dilanjut menggunakan angkot menuju Cisurupan dengan ongkos Rp 5.000,- per kepalanya, menembus dinginnya malam selama lebih dari 1 jam lebih perjalanan. Sesampai di pertigaan cisurupan, sebuah colt pick up nampak terparkir dan seperti menanti rombongan2 yg akan menuju parkiran cisurupan. Setelah tawar menawar harga, akhirnya Rp 150.000 disepakati menjadi harga untuk mengangkut ke-20 orang anggota rombongan menuju parkiran papandayan. Adzan subuh berkumandang di tengah perjalanan menanjak dng colt, dan sampai dipelataran parkir papandayan sekitar pukul 05.15 WIB.

Selepas sholat subuh, istirahat sejenak,nyruput teh manis hangat dan gorengan hangat, pukul 06.15, seluruh peserta rombongan telah siap. Briefing singkat dan sedikit peregangan, pkl 06.30 WIB perjalanan pendakian dimulai.

Etape 1. Parkiran Papandayan – Kawah Papandayan
Perjalanan dimulai dengan tanjakan landai yang berbatu. Trek yang cukup “nyaman” untuk memulai pendakian. Tak berapa lama berjalan bau belerang dari kawah papandayan mulai tercium menyengat, dan cukup menyesakkan pernafasan bila tanpa masker. Sajian pemandangan di kawasan papandayan ini begitu luar biasa, dengan kepulan-kepulan asap yang membumbung dari kawah yang terlihat aktif.

Etape 2 : Kawah Papandayan – Pos 1
Setelah beberapa lama mengabadikan keindahan kawah papandayan, rombongan beranjak menuju kawasan yang disebut “Pos 1” (konon sebelum Letusan Papandayan 2002 memang ada bangunan Pos yang disebut Pos 1 ditempat tersebut). Tanjakan dari kawasan kawah menuju Pos 1 terbilang cukup menguras tenaga, masih denga iringan pohon-pohon cantigi serta jalan berbatu dan terkadang tanah yang dipijak agak gembur sehingga perlu ekstra hati-hati juga menyusurinya. Jelang pukul 09.00 WIB semua anggota tim sudah ada di pos 1, dan sajian panorama yang luar biasa kembali membuat kami takjub. Sajian yang mirip-mirip “kawah putih”-nya Ciwidey tersaji lengkap dengan batang-batang pohon yang tersisa akibat letusan tahun 2002, beberapa rekan malah menyebut juga mirip dengan “danau es”. Sessi foto-foto pun berlanjut dan agak cukup lama kami beristirahat di “shelter” ini.

Etape 3 : Pos 1 – Tegal Alun
Etape ini diawali dengan masih menyusuri bekas-bekas hutan yang terbakar habis ketika erupsi tahun 2002. Kayu-kayu hitam yang tersisa seperti menjadi saksi bisu betapa dahsyatnya letusan gunung papandayan ketika itu. Selepas kawasan “Hutan mati” kita mulai disambut kawasan vegetasi hijau yang menyejukkan mata. Perlahan vegetasinya semakin rapat dan tanjakan menuju tegal alun juga semakin terjal. dibeberapa titik kita bisa menoleh ke bawah dan mendapati pemandangan yang sangat luar biasa. Jelang Tegal Alun tanjakannya semakin menjadi dengan iringin mendung yang terus menggayut. Sekitar pukul 11 kami menjejak Tegal Alun, dan sajian padang edelweis yang megah menyambut kami. Lelah selama pendakian yang cukup berat untuk menuju tegal alun seperti terbayar habis, tapi sayang kabut pekat terus menghiasi tegal alun siang itu. Tak berapa lama kami disana, hujan pun turun, yang memaksa kami memakai atribut lengkap anti hujan.

Etape 4 : Tegal Alun – Puncak Papandayan
Puas menyesapi keindahan padang edelweis kami bergerak menuju puncak, dengan sebelumnya berhenti untuk keperluan makan siang, selepas melewati sungai kecil dengan jurang yang cukup dalam yang mengharuskan kami meniti jembatan kayu buatan dengan hati-hati. Selepas makan siang, rombongan mulai melakukan perjalanan ke puncak. Perjalanan ke puncak benar-benar menguras tenaga, selain vegetasi yang sangat rapat yang tak jarang membuat kami merangkak-rangkak, tanjakan terjal yang disajikan pun membuat peserta was-was karena disisi kirinya terdapat jurang yang menganga dengan “clearance” pijakan yang terbilang sempit. 1.5 jam penuh perjuangan dihabiskan untuk mencapai tempat yang disebut “puncak 1”, tanah lapang kecil cukup untuk melihat view ke bawah yang sangat luar biasa dan beristirahat sejenak. Dan ternyata “Puncak 1” tersebut bukanlah akhir dari episode pendakian, selepas puncak 1 jalan agak menurun curam, lalu kembali menanjak dengan kiri-kanan jurang yang membuat was-was, sampai akhirnya kami bertemu dengan “puncak” lagi (mang asep pemandu kami menyebutnya “puncak 2600 m”), selepas itu kembali menurun lagi dan menanjak kembali dengan terjal dengan hujan terus mengiringi dan akhirnya kami bertemu tempat yg disebut “puncak sejati” oleh mang asep, walau pemandangannya jauh dari indah karena pemandangan ke bawah tertutupi oleh pohon dan semak.

Etape 5 : Puncak Papandayan - Pelataran Parkir Papandayan
Waktu menunjukkan pukul 13.30 ketika kami mulai benar-benar menyusuri jalan menurun, dan selama perjalanan menurun kami terus diiringi hujan berganti2 rintik dan deras, dan badai pun mulai “menghajar” kami selama perjalanan menurun, dan membuat kami terkadang berhenti untuk berlindung dari terpaan badai. Turunan yang tersaji dalam etape ini sangat curam, dan tak jarang kami harus menurun dengan “benar-benar ngesot” karena tak menemui pegangan atau pijakan yang kuat. Setelah perjalanan menurun yang curam kami akhirnya sampai di dataran dengan ilalang yang cukup lebat,dan melewati aliran sungai berbatu. Akhirnya sekitar pukul 18.30 WIB kami kembali menjejak pelataran parkir papandayan. Setelah bersih-bersih dan sholat maghrib, Indomie rebus plus telor pun dipesan disantap dengan lahapnya oleh seluruh peserta.


Expedition Cost :
1. JKT (Lebak Bulus) - Garut (Terminal Guntur) = Rp.35.000 (Primajasa)
2. Terminal Guntur - Cisurupan = Rp.5.000/org (Angkot)
3. Cisurupan - Parkiran Papandayan = Rp.150.000 (Colt Pick-up)/20 org = Rp.7500/org
4. 2 orang Guide/Porter = Rp 300.000/20 orang = Rp.15.000/orang
5. Cisurupan - Terminal Guntur (Penginapan LEC) = Rp. 150.000/20 org = Rp 7500,- (Colt Pick up)
6. LEC - Cipanas Garut - LEC = Rp 5000/org/PP (Angkot Carteran)
7. Terminal Guntur - JKT (Lebak Bulus) = Rp 35.000 (Primajasa)

Total Cost per orang = Rp.110.000,-

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by RadaBolot - BolotJourney | Design Blog, RadaBolot