Jumat, 22 Juli 2011

Ekspedisi Ceria Gunung Gede 20-22 Mei 2011

Setelah menghelat dua Ekspedisi Ceria sebelumnya, menyambangi eksotisme Gunung Papandayan serta ber-trekking ria ke Kawah Ratu, Komunitas Penikmat Alam Warna-Warni (KaPAW) kembali menghelat Ekspedisi Ceria Jilid 3 ke Gunung Gede. Akhir pekan kemarin, 21-22 Mei 2011, dipilih menjadi waktu pelaksanaan ekspedisi ini. Ekspedisi Jilid 3 ini sejatinya dimaksudkan sebagai “even pemanasan” sebelum menuju ke Ekspedisi Ceria Jilid 4 ke Gunung Semeru 1 – 5 Juni 2011.

“Pemanasan” yang difahami tidak hanya terkait aspek kesiapan fisik & stamina, tapi lebih dari itu dimaksudkan sebagai sarana untuk perkenalan antara anggota KPAWW, yang merupakan “komunitas maya” dengan anggota2 yang dipertemukan via berbagai Situs Jejaring, Forum ataupun Mailing List. Disamping itu, dua ekspedisi ceria sebelumnya memang belum pernah menghadirkan interaksi peserta ekspedisi dalam format bermalam di ketinggian dalam tenda dengan segenap kompleksitas persiapan & bawaan-nya, sehingga dipandang perlu sebelum masuk ke sebuah ekspedisi semisal ke Semeru yang membutuhkan waktu bermalam dalam tenda yang lebih dari semalam untuk dibuat trip pendakian at least 2 hari 1 malam semisal ke Gunung Gede ini.

Waktu pendakian telah ditetapkan, itenerary telah dibuat, ajakan kemudian dilayangkan. Awalnya terjaring hingga hampir 30 orang peserta yang confirm akan ikut serta, kemudian menyusut menjadi 25 orang yang resmi terdaftar dalam SIMAKSI (Surat Izin Pendakian yang dikeluarkan oleh Pengelola Taman Nasional Gede-Pangrango). Tetapi di hari pelaksanaan, 5 orang terkonfirmasi mendadak tidak bisa ikut serta karena satu dan lain hal. Alhasil, peserta yang akhirnya ikut serta di pendakian ini adalah 20 orang dengan beberapa diantaranya adalah rekan yang biasa “berlama-lama” dalam forum Kaskus “Outdoor & Nature Club (OANC)” seperti agan-agan dengan ID Belumwaras, Radabolot, Djal.GM, Apoey Kompenie, Lunar Boy, Syamil2010, Kaysannawfawali, Kang Firman serta saya sendiri (Abumusyaffa).

Jum’at-Sabtu, 20-21 Mei 2011.

Di hari yang juga merupakan “Hari Kebangkitan Nasional”, ekspedisi ini bermula. Untuk peserta dari Jakarta dan sekitarnya, Terminal Kampung Rambutan ditetapkan sebagai “meeting point” keberangkatan dengan Pkl. 20.00 WIB sebagai waktu yg disepakati. Sedangkan rombongan peserta dari Bandung dan juga rombongan peserta yang menggunakan motor, langsung menuju meeting point didekat jembatan penyebrangan pasar cipanas dengan kesepakatan pkl 22.00 WIB. Tapi agaknya Jum’at Malam memang selalu bersahabat dengan yang namanya “kemacetan”. Alhasil seluruh peserta terlambat hadir disemua meeting point, dengan waktu menunjukan pkl 01.00 wib dinihari ketika semua peserta akhirnya terkumpul di pasar cipanas.

Dari Pasar Cipanas, 15 orang peserta beranjak ke kawasan pemukiman jelang pintu pendakian Gunung Putri dengan men-charter 2 angkot (@Rp.60rb) sedang 5 lainnya menggunakan motor. Sesampai di lokasi, rombongan langsung beristirahat di sebuah rumah yang sudah di-booking sebelumnya untuk jadi shelter menginap sebelum pendakian dimulai.

Sabtu, 21 Mei 2011.
Walau praktis baru mulai tidur pkl 02.00 wib, seluruh peserta dibangunkan jelang pkl 05.00 WIB untuk Sholat Subuh bagi peserta yang beragama Islam dan selanjutnya melakukan persiapan pendakian dan sarapan. Jelang Pkl 07.15 seluruh peserta sudah bersiap, sedikit briefing oleh TS dan berdo’a bersama, lalu mulai beranjak menuju pos registrasi pendakian Gunung Putri. Setelah menyerahkan SIMAKSI, pencatatan form isian sampah peserta, Pkl 07.30 WIB perjalanan pendakianpun dimulai.


20 orang Peserta Rombongan, dibagi menjadi 3 grup kecil, Grup Pionir (Grup kecil terdiri dari 5 orang diposisi depan), Grup tengah (10 orang peserta) serta Grup sweaper (5 orang diposisi belakang). Untuk Pionir disatu titik nanti akan melesat duluan kedepan ke surya kencana, mencari lokasi berkemah dan mulai mendirikan tenda sebelum seluruh peserta tiba.

Etape I : Pos Registrasi – Perhentian Sungai Kecil

Etape ini adalah etape pemanasan dengan menyusuri jalan setapak landai sedikit menanjak yang membelah sawah-sawah penduduk di kiri-kanan. Sekitar 30 menit lebih berjalan rombongan kemudian sampai di sebuah perhentian yang terlintasi oleh sungai kecil, yang merupakan sumber air terakhir di jalur via gunung putri, untuk beristirahat sejenak dan mengambil bekal air secukupnya.

Etape 2 : Perhentian Sungai Kecil – Pos Buntut Lutung

Etape sebenarnya dari jalur pendakian Gunung Putri dimulai selepas perhentian sungai kecil lalu mulai masuk ke kawasan hutan khas pegunungan yang cukup rapat. Tanjakan dengan kemiringan yang stabil khas jalur gunung putri mulai terasa. Tak jarang rombongan berhenti untuk sekedar beristirahat, makan dan minum bekal perjalanan. Karena mungkin letih, di jelang Pos Buntut Lutung satu peserta wanita dari rombongan colaps walau hanya sebentar saja. Grup tengah dan sweaper lalu memutuskan untuk istirahat agak lama untuk memulihkan kondisi rekan yang drop staminanya tersebut, sekaligus memasak beberapa perbekalan makanan untuk lebih menguatkan stamina. Setelah beristirahat hampir 2 jam dan terkonfirmasi bahwa peserta wanita yang drop tersebut dapat melanjutkan perjalanan, dengan konfirmasi berulang perjalanan rombongan berlanjut walau harus berjalan perlahan menyesuaikan dengan kondisi rekan yang sedang melemah tersebut. Dengan satu orang bergantian, terus menuntun dan seluruh bawaan di oper ke rekan lainnya.

Etape 3 : Pos Buntut Lutung – Simpang Maleber

Selepas Pos Buntut lutung rombongan berpapasan dengan beberapa penjual nasi uduk yang baru turun dari Surya Kencana dan memberi kami informasi kalau sebaiknya memilih jalur ke kiri, karena dijalur kanan yang biasanya dilalui para pendaki ada banyak pohon tumbang yang menutupi jalur sehingga menyulitkan pendakian. Hari sudah semakin sore ketika rombongan sweaper dan terus bergerak perlahan ke atas menuju simpang maleber. Jelang pukul 5 Rombongan akhir yang bergerak perlahan ini sampai di Simpang Maleber.

Etape 4 : Simpang Maleber – Surya Kencana

Jalur tanjakan selepas simpang maleber adalah yang ter-terjal di jalur pendakian gunung putri. Rombongan akhirpun semakin kepayahan dengan stamina yang semakin drop. Di etape ini, frekuensi istirahatpun semakin sering sampai akhirnya rombongan akhir ini berhenti karena sudah sangat kepayahan. Saya dan seorang rekan, kemudian memutuskan untuk secepatnya menuju Surya Kencana, untuk mencari bantuan dari team yang telah sampai di surya kencana ataupun rombongan pendaki lain. Disini kami merasakan betul “kelalaian” tidak menyertakan perangkat komunikasi semisal “Handy-Talkie” dalam peralatan tim. Dengan stamina saya dan rekan yang juga kepayahan akhirnya jelang Maghrib kita sampai di sisi timur surya kencana.

Dan, Alhamdulillah, ternyata ada satu tenda rombongan pendaki yang terpasang disisi kiri jalur sebelum masuk Surya Kencana. Langsung saya bergegas menemui mereka dan meminta bantuan dengan menceritakan kondisi tim dibawah. Termos berisi air teh manis hangat pun langsung diberikan ke kami dan sejumlah makanan hangat. Dihari yang semakin gelap dan kabut tebal mulai menyelimuti Surya Kencana, saya bergegas menuju sisi barat Surya Kencana dimana para pendaki biasa mendirikan tenda , dengan rekan saya yang tadi menemani kembali turun ke bawah bersama 1 orang dari rombongan pendaki yang kami minta tolong. Alhamdulillah tak berapa lama saya berjalan, ternyata ada 2 orang dari rombongan depan yang tercecer yang tengah duduk dan langsung keduanya ikut turun ke bawah, dan 2 orang dari sisi barat juga hampir berbarengan hadir menyusul. Kamipun bergegas menuju rombongan akhir yang tercecer dengan diputuskan sebagian mendirikan 2 tenda didekat 1 tenda rombongan pendaki lain yang kami temui, karena pastinya kami ingin memastikan rekan pendaki wanita yang kepayahan tersebut secepatnya berbaring dalam tenda untuk istirahat.

Momen-momen Kritis

Dan ternyata apa yang dikhawatirkan terjadi. Saya dan beberapa rekan yang menyiapkan 2 tenda, tiba-tiba dikagetkan dengan teriakan yang mengiringi kedatangan beberapa orang yang menyeruak dari balik jalur menuju tenda yang tengah dibangun bahwa rekan pendaki wanita kami ternyata pingsan lagi dan saat ini tengah digendong oleh seorang rekan menuju tempat saya berpijak. Tak berapa lama, rombongan akhir dengan rekan wanita yang digendong dalam kondisi pingsan tiba dan langsung dimasukan ke dalam tenda, dan segera diambil tindakan-tindakan untuk membuatnya siuman. Dan kita bersyukur ada 1 orang dokter dalam rombongan, walau beliau dokter gigi, tapi ilmu dasarnya tentang medis/kedokteran sangat membantu memberikan arahan tindakan untuk membuat siuman.

Ditengah kondisi kepanikan tersebut, dan beberapa rekan masih terus berusaha membuat rekan pendaki wanita yang pingsan untuk siuman, tiba-tiba satu orang pendaki pria jatuh dan mengerang kesakitan dengan badan yang mengejang. Kepanikan semakin menjadi karena kini ada 2 orang anggota yang drop kondisinya dan colaps. Rekan pendaki pria tersebut langsung di-evakuasi ke tenda sebelahnya, dan karena ditengarai drop akibat “gejala” hypothermia disamping yang bersangkutan belakangan diketahui memiliki masalah di lambungnya.

Pakaian rekan pria yang colaps tersebut langsung dilucuti, dan satu orang pendaki lainnya dng cepat melucuti bajunya sendiri dan langsung memeluk rekan yg tengah colaps dalam satu sleeping bag agar kehangatan cepat mengalir karena persentuhan langsung kulit dengan kulit, sementara saya dan 2 rekan lainnya memberikan minyak kayu putih di jari tangan dan kakinya dengan maksud ikut menghangatkan, sambil setengah berteriak dan terus menepuk2 wajahnya agar tersadar. Ditengah momen saya didalam tenda untuk merecovery rekan pria yang masih dalam kondisi colaps dengan badan mengejang dan dingin, tiba-tiba dari luar tenda ada yang berteriak memanggil saya untuk segera ke tenda sebelah dimana rekan pendaki wanita yang masih colaps tengah direcovery.

Ketika saya masuk, kondisi rekan-rekan yang didalam tenda sangat kepanikan, rekan wanita yang menemani bahkan menangis dan saya lihat rekan wanita yang tengah colaps tersebut matanya sempat mendelik putih semua lalu sedetik kemudian agak melotot. Sontak saya berfikir pasti ada “makhluk lain” yang tengah masuk. Rekan pria disebelah saya juga tengah memencet2 jari tangan si rekan wanita sambil bertanya2, “siapa ini...siapa ini ? ” sambil menepuk-menepuk wajahnya. Reflek saya langsung membacakan 3 surat terakhir dalam al-Qur’an (Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas) langsung disambung dengan membaca ayat kursi lekat ditelinganya. Tak berapa lama, rekan wanita tersebut tatapan matanya mulai tidak kosong sambil berbicara lirih..”sakit..sakit..sakit..”, Alhamdulillah kesadarannya sudah pulih lagi dan bisa merasakan sakit akibat jari tangannya ditekan-tekan. Saya yang dilanda kekhawatiran luar biasa hingga ketika membaca qur’an tersebut dengan hampir menangis, langsung lega dan setelah memastikan memang benar2 telah tersadar, langsung saya menuju ke tenda sebelah dimana rekan pria yang colaps tengah direcovery. Ketika saya masuk wajahnya semakin memucat, masih dalam kondisi pingsan dan tangan yang mengejang kedinginan. Saya dan rekan2 yang didalam tenda terus berusaha menghangatkan tubuhnya dan menyadarkannya, sambil terus menepuk2 wajahnya dan setengah berteriak untuk “bangun..bangun..mengucap zikir dsb...”, karena ia juga sesekali mengeluarkan suara-suara lirih dengan ocehan yang ngelantur dan membuat kita sangat khawatir.

Fikiran bahwa kita akan kehilangan seorang pendaki malam itu menggayuti rekan-rekan yang ada didalam tenda ketika itu. Tapi rahmat dan pertolongan-NYA teramat besar menaungi kami malam itu, dengan akhirnya..rekan kami tersebut bisa tersadar dari colapsnya, dan perlahan memberikan respons ucapan kami yang ada ditenda. Sontak, kelegaan luar biasa membuncah didalam tenda..dan kesyukuran yang sangat terlantun atas pertolongan-NYA.

Momen-Momen Keceriaan Terlahir Kembali

Setelah memastikan kedua rekan yang sebelumnya colaps sudah pulih dari kondisi dropnya, diberikan minuman dan makanan hangat, lalu bisa istirahat dengan tenang dan rekan dokter yang menyertai kami memastikan bahwa keduanya InsyaAlloh akan baik-baik saja, saya dan beberapa rekan langsung menuju ke sisi barat surya kencana dimana tenda-tenda sudah disiapkan, sementara beberapa rekan lainnya tetap di sisi timur istirahat di dua tenda yang telah terpasang bersama kedua rekan yang telah pulih dari kondisi dropnya.

Kondisi langit di atas surya kencana yang sangat cerah dengan banyak bintang yang gemerlap seperti menggambarkan suasana kelegaan hati seluruh peserta rombongan setelah melewati momen-momen kritis yang sangat menyita emosional kami. Semua peserta rombongan akhirnya terlelap dalam tidur dengan kelegaan dan kesyukuran yang luar biasa, dan bersiap menyambut fajar kembali dengan keceriaan.

Ahad, 22 Mei 2011.

Waktu menunjukkan pkl 21.00 WIB ketika saya memulai istirahat didalam sleeping bag, dan terbangun sebentar di pukul 02.30 WIB,melihat keluar tenda dan agak terang seperti selepas subuh. Ternyata sinar bulan yang membuat surya kencana “agak benderang” dinihari itu. Melanjut tidur, jelang pkl 04.00 WIB saya terbangun karena suara-suara diluar tenda. Ternyata beberapa rekan dari tenda lainnya sudah terbangun,bercakap-cakap dan tengah memasak untuk persiapan summit attack. Setelah memasak air panas untuk menyeduh kopi/susu sachet yang terbawa dan memakan beberapa snack. Saya dan 6 orang rekan akhirnya selepas sholat subuh langsung berangkat menuju puncak Gede, dan Alhamdulillah jelang pkl 06.00 kita bisa sampai di Puncak Gunung Gede, dan masih mendapati indahnya matahari yang baru terbit dengan semburat oranye-nya. Puncak Gede pagi itu benar-benar cerah, melanjut cerahnya cuaca di gunung gede semenjak sabtu paginya dan hanya diselingi sedikit gerimis disore hari.

Setelah puas mengabadikan momen dipuncak, jelang pkl 07.00 WIB, kita memutuskan untuk turun sambil tak lupa membeli beberapa bungkus nasi uduk dari Mang tukang nasi uduk yang juga ikutan muncak..hehehe. Setengah jam perjalanan menurun, jelang masuk kembali ke surya kencana, kami bertemu dengan anggota rombongan yang semalam menginap bersama 2 rekan yang semalam drop disisi timur, dan berencana akan muncak juga. Saya tanyakan kondisi kedua rekan tersebut, dan ternyata semakin menambah kelegaan dan keceriaan saya, karena kedua rekan tersebut malah sudah ada di kumpulan tenda tempat saya bermalam, dan pendaki pria yang malamnya drop malah dikabarkan sedang OTW ikutan muncak... Alhamdulillah, tambah sumringah perasaan saya.

Etape Akhir : Menuruni Surya Kencana kembali ke Pos Gunung Putri

Selepas sarapan, istirahat, ngobrol ngalor ngidur, menjemur pakaian dan perlengkapan yang agak lembab, foto-foto mengabadikan momen di surya kencana dan re-packing, lalu makan lagi..hehehe..rombongan akhirnya bersiap untuk turun kembali ke pos awal gunung putri. Waktu menunjukkan jelang pkl 12.00 WIB ketika rombongan mulai beringsut turun. Dan stamina serta keceriaan memang telah benar-benar pulih dari keletihan & kecemasan di malam hari, perjalanan menurun pun seperti dimudahkan. Cuaca yang cerah mengiringi langkah menurun kami hingga jelang pos buntut lutung di pukul 13.30 WIB, ketika hujan mulai mengguyur..dan Alhamdulillah, tim pionir sudah memasang flysheet terlebih dahulu untuk keperluan istirahat dan memasak, sekaligus berlindung sejenak menanti hujan mereda. Satu jam lebih rombongan berdiam dibawah bentangan flysheet sambil menyantap hidangan yang berganti dari sup, indomie rebus, nasi plus telur, teh, susu, kopi dll.. hehehe.

Jelang Pkl 15.00 WIB rombongan melanjut perjalanan, sementara hujan hanya menyisakan rintiknya saja lalu tak lama cerah kembali. Pkl 17.00 WIB, akhirnya seluruh rombongan sampai di pos registrasi awal gunung putri, menyerahkan form kembali sambil juga menyerahkan trash bag berisi sampah2 yang kami bawa dari atas. Walau letih dan pegal terlantun dari beberapa lisan, tapi raut keceriaan dan tawa yang lebih dominan menghiasi kami sore itu. Bergegas kembali menuju rumah dan warung makan tempat kami menginap semalam, bersih-bersih diri,menyantap makanan dan minuman hangat, tak berapa lama Maghrib Menjelang. Rekan-rekan Muslim lalu bergegas Sholat, dan selepasnya, ngobrol-ngobrol sejenak sambil menyiapkan packingan pulang, seluruh rombonganpun sudah bersiap dan duduk manis di dua angkot yang telah menanti dibawah di pukul 18.30 WIB.

Lantunan kesyukuran & terima kasih kami untuk :

1.ALLAH Swt, atas segala naungan rahmah, keselamatan dan keberkahan-Nya atas perjalanan kami.
2.Mas Irfan dan rekan2 pendaki dari Bintaro yang kami temui dan berperan sangat besar menolong kami ketika proses evakuasi dan recovery.
3.Kaskus OANC untuk kami berbagi cerita dan mendapat begitu banyak ilmu tentang kegiatan outdoor.
4.Dan seluruh pihak yang telah menjadikan perjalanan ini lancar dan selamat untuk semuanya(AM)

2 komentar:

Djal GM mengatakan...

KO ga da pictnya yah,,,,wow wawa ow ow,,,,,,,,no pict ;hoax hahhhhahhahaa

azi mengatakan...

masang mupeng... huhu

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by RadaBolot - BolotJourney | Design Blog, RadaBolot