Selasa, 04 Oktober 2011

1 Oktober Di Cikuray



Berawal dari batalnya semua trip yang telah saya rencanakan (Merbabu, Ungaran, Lawu, Talaga Bodas) akhirnya saya menyambut ajakan seorang rekan untuk ikut merasakan kejamnya tanjakan Cikuray.

Selepas Magrib langsung meluncur menuju Meeting Point rombongan Jakarta di Terminal Kp. Rambutan. Beruntung malam itu jalanan tidak terlalu macet sehingga saya bisa sampai di sana tepat pada waktu yang ditentukan. Tak lama, kami segera meluncur ke kota Garut. 14 Orang anggota Tim langsung ambil posisi untuk tidur, meski ada beberapa yang asik mengobrol.

Pukul 01.00 perjalanan berakhir di terminal Guntur, sesuai dengan kesepakatan akhirnya kami menuju Universitas Garut untuk beristirahat di Basecamp Gerhana. Disambut oleh kang opik dan Imad (terima kasih sudah mau direpotkan untuk mengantar saya membeli sarapan subuh)

Makan dan tidur menjadi agenda selanjutnya. Meski banyak di antara kami yang akhirnya bergadang karena tak bisa tidur. Selepas Subuh, pick up yang akan membawa kami menuju pemancar Cikuray tiba, dan kami bergegas naik untuk memulai perjalanan kami yang sesungguhnya.

Pukul 08.30 akhirnya kami sampai di Pos Pemancar yang dijadikan sebagai titik start pendakian. (sempat terjadi hal tidak enak saat menuju pos ini, Pak Asep selaku driver salah memilih jalan sehingga kami kehilangan banyak waktu. Setelah berkoordinasi dengan rekan di mobil yang lain, akhirnya kami bisa benar2 sampai di pos Pemancar. 1 sisi negatif dari pak Asep semakin terlihat jelas di mata saya, meski sisi positif dari Sopir yang semakin tua ini tidak mengurangi rasa hormat saya pada beliau)

pukul 09.00 WIB
Setelah berdoa, pendakian dimulai. Sayang, kabut benar2 menggila saat itu, sehingga nuansa hijau perkebunan teh tidak dapat dengan sempurna kami rasakan. Tanjakan di awal perjalan mulai memanaskan otot kami, berharap tanjakan2 selanjutnya kaki2 kami akan benar2 terbiasa.

Beberapa rekan yang memang memiliki fisik yang kuat langsung meluncur jauh ke depan, meninggalkan kami yang hanya memiliki stamina yang pas-pasan. Sepanjang perjalanan, jokes2 untuk mengusir lelah sesekali membuat kami tertawa, sangat membantu untuk menikmati perjalanan kami yang pagi itu terus diselimuti kabut tebal.

Beratnya tanjakan Cikuray pada akhirnya membuat beberapa rekan (termasuk saya) benar2 terkuras staminanya. bahkan 1 orang di antara kami sudah terlihat sangat kepayahan.

Hanya keterpaksaan yang membuat kami (Saya terutama) untuk terus melangkahkan kaki karena tidak mungkin untuk kembali ke bawah,dan tidak ada spot untuk mendirikan tenda.

Beban di punggung membuat kaki semakin berat untuk di ajak bekerjasama, langkah2 kami semakin melambat dan pada akhirnya, 1 Orang di antara kami harus benar2 berhenti karena kondisi fisik yang sudah benar2 payah untuk menunggu jemputan dari rekan2 yang telah sampai terlebih dahulu di puncak. Jo menjadi pendamping sejati bagi kekasihnya,dimata saya, terlihat jelas betapa ia sangat menjaga wanita yang diajaknya tersebut.

Hampir isya ketika akhirnya kami sampai di puncak Cikuray. Disambut dengan minuman hangat dan makan bersama membuat kelelahan yang kami rasakan menguap perlahan. Kebersamaan malam itu, pelan2 menghilangkan kejenuhan kami saat menikmati kejamnya Tanjakan Cikuray yang seperti tidak mengenal belas kasih. Dan satu persatu, tim pendakian ini mulai menuju alam mimpinya masing-masing.

Terbangun kira-kira pukul 05.00, mata saya langsung dimanjakan oleh semburat kuning keemasan di Timur sana. Matahari memang belum muncul, tapi momen-momen kelahirannya yang lambat tapi pasti membuat saya bergegas menyiapkan kamera retak saya untuk mengabadikan saat-saat tersebut (Hal yang disebut sebagai ketololan oleh mereka ; Cape2 naik gunung untuk ngeliat matahari Terbit, I don't Care). Tak lupa membangunkan rekan setenda,saya langsung naik ke Bangunan yang berdiri gagah di puncak Gunung Cikuray untuk mendapatkan hasil foto terbaik dari kamera yang sepertinya sudah tidak mungkin saya gunakan lebih lama lagi.

Beruntung kabut tidak bertingkah pagi itu, sehingga momen tersebut dapat kami nikmati sepuasnya meski tidak dalam waktu yang lama

Pukul 08.00 kami memutuskan untuk turun. Selain kabut yang mulai menggila, kami pun harus mengejar waktu agar tidak tertinggal bis terakhir menuju Jakarta yang (menurut kabar) berangkat dari terminal guntur pada pukul 18.00.

Bertemu dengan 2 Orang rekan kaskuser (Cojack dan Obi) di puncak Cikuray. Turut berduka karena mereka hanya mendapatkan kabut (saya percaya, mereka mendapatkan sesuatu yang lebih dari hanya sekedar Keindahan yang sempurna di Puncak sana)

Perjalanan turun, formasi pendakian masih tetap seperti formasi waktu menanjak. Tim Lelet tetap tercecer di belakang. Sehingga butuh hampir 4jam untuk sampai kembali di Pos Pemancar.Herry yang mengalami kram di paha kanannya (ada yg bilang keseleo) terpaksa harus di papah. Puji syukur kepada-Nya akhirnya beliau sampai di Pemancar

tinggal 2 orang lagi, dan waktu yang terus berjalan membuat beberapa rekan memutuskan untuk menjemput mereka ke atas. Kondisi Rara yang kemarin memang sudah drop membuat kami yakin ada kejadian tidak enak yang menimpanya.

Dan hal itu terbukti benar, rekan2 yang menjemput mereka bercerita saat sepasang kekasih tersebut ditemukan, mereka turun dengan cara meluncur dengan pantat mereka mengikut jalur air. hal tersebut terpaksa mereka lakukan karena kondisi si wanita benar2 sudah tidak memungkinkan untuk diajak berjalan.

Mereka memilih untuk meluncur dengan maksud mengurangi jarak dengan tim yang akan menjemput mereka. Sebuah keputusan yang saya rasa tepat, karena jika mereka memilih diam, bisa saja hal2 yang diluar logika terjadi (bukan hanya sekali kan ketika kondisi drop "sesuatu" sering terjadi pada pendaki?"

Akhirnya, Rara harus ditandu untuk sampai ke Pemancar. Kami yang berada di bawah, langsung merasa sangat senang ketika perlahan, di ujung sana bayang mereka mulai muncul satu persatu. Rekan-rekan wanita yang ada langsung membuat minuman hangat.

Alhamdulillah,Akhirnya mereka benar2 sampai. Terima kasih yang tak terhingga untuk para rangers dari Gunung Lawu yang turut serta dalam pendakian ini. Dengan jasa mereka dan bantuan dari Dia Yang Maha Segala, akhirnya 2 orang rekan dari Tambun ini bisa sampai di Pemancar. Tak lama, setelah dirasa perjalanan pulang bisa dilaksanakan. Kami mulai naik ke pick up yang telah lumayan lama menunggu.

Sepanjang jalan, tawa kembali mengalir deras setelah tegang membayangi proses penjemputan Jo dan Rara. Hampir Isya ketika akhirnya kami sampai di Guntur dan kembali ke kota kami masing2.

Thanks To
- Dia Yang Maha Segala, yang telah menciptakan alam dengan keindahannya yang luar biasa
- Rekan2 dari Gunung Lawu. kalian Macan bro
- Andri Suanto, utk nomor Pak Asep
- Pak Asep yang telah mengantar kami pulang pergi dengan selamat dengan harga yang "oke" juga dengan bonus beberapa kejadian yang membuat kami tegang, sekaligus tertawa terbahak-bahak
- Kang Opik dan rekan2 yang telah menyambut kami di Basecamp Gerhana
- Imad yang telah sudi terkurangi jatah tidurnya. Makasih obrolannya sepanjang jalan saat kita cari makan untuk sarapan. Tapi serius, saya ngga bisa dengar dengan baik apa yang ente bicarakan
- Rifah Maslah, yang sudah mengajak saya turut serta
- Cojack & Obi, kalian memang sepasang maho yang sempurna
- Semua rekan2 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Perjalanan kemarin sangat luar biasa friends

Pengeluaran :
Rambutan - Guntur Rp. 30.000
Guntur - Basecamp Rp. 1.000
Pick Up Naik Rp. 25.000
Pick Up Turun Rp. 20.000
Guntur - Rambutan Rp. 35.000

SGD/Bekasi

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by RadaBolot - BolotJourney | Design Blog, RadaBolot